Minggu, 05 Maret 2017

MANHAJ MENGHAPAL AL-QURAN

Metode para sahabat dalam berinteraksi denganAl- Quran:

1. Qiraa'ah (membaca), hanya membaca saja. 
2. Tilaawah (memahami dan mengamalkan)

3. Tafsir

  • Tajwid adalah membaca dengan baik, benar, dan indah.
  • Tahsin  adalah perbaikan
  • Hudallinnas ------> petunjuk atau solusi yang membuat semua perkara menjadi mudah, misalnya untuk anak yang mulai baligh surat Lukman ayat 13-19, anak yang mulai jatuh cinta di surat Yusuf, dan seterusnya.
Sandaran dalil:

  • Al- Quran

QS. Al-Qomar 54:17
                   وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

QS. Al-Qomar 54:22 
                       يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran

QS. Al- Qomar 54:32
                  وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ


Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?


QS. Al- Qomar 54:40

                  وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

QS. Al- Muzammil 73:20

QS. Al- Qiyaamah 75:16-18

  • Hadist Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam

  1. HR. Muslim no.2700
  2. HR. At-Turmidzi no.2915 
Alquran membagi cara menghafal al- Quran kepada 3 bagian persiapan:


  • Persiapan pertama
  1. Motivasi supaya menjadi prioritas
         QS.17:82

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

      2. Ketenangan jiwa
      3. Rahmat Allah, ada 3 bentuk:

  1. Ketenangan jiwa saat ditimpa musibah sebelum di berikan solusi, dalil QS. Albaqarah:157
  2. Ampunan dari dosa yang sudah berlimpah, dalil QS. Az-Zumar 39:53
  3. Karunia tak terbatas dalam hal dunia (Rahmaan) dan akhirat (Rahiim)

  • Persiapan kedua
  1. Menepis keraguan (yakinkan pada sendiri alquran itu mudah untuk di hafalkan), dalil QS.54:17,  وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
  1. Kata "Al-Quran" maknanya sesuatu yang diperdengarkan, dan kata " al-Kitab" maknanya sesuatu yang dituliskan (untuk disentuh, dibolak- balik). Huruf Lam yang diikuti oleh huruf Qaf pada awal ayat menginformasikan bahwa keterangan selanjutnya adalah hal yang banyak menimbulkan keraguan pada manusia, karenanya Allah meyakinkan manusia bahwa hal itu tidaklah demikian.
  2.  Kata "yusrun" maknanya sangat mudah (Al-Quran itu dihafalkan), baik bagi anak- anak maupun orang dewasa, juga para manula.

  • Persiapan ketiga 
  1. Al-Hifzhu (proses menghafal)contoh buat tabel mulai menghafal dari hari Sabtu, untuk waktunya sebaiknya sebelum atau sesudah shubuh.
  2. Murooja'ah (proses mengulang)
  3. Muzaakarah (proses mengingat-ingat)
Walhamdulillah. Semoga Allah menanamkan al-quran kedalam qalbu- qalbu kita dan tidak akan pernah melupakannya.


(Pemateri: Ustadz Adi Hidayat,Lc.MA)

Bogor, 6 Jumadil Akhir 1438H
CARA MENGUATKAN INGATAN

Ada 4 sifat hafalan:

1. Ada orang yang kalo disampai hafalan, cepat hafalnya dan sulit lupa.
2. Lambat hapalnya, sulit lupa.
3. Cepat hafalnya, tapi cepat lupanya.
4. Lambat hafalnya, cepat juga lupanya.

Cara menguatkan ingatan ada 4 cara:

1. Meluruskan niat. Lakukan dengan tujuan karena Allahu Ta'ala.

2. Berdo'a. Mintalah kepada Allah agar kita memahami ta'wil ilmu
3. Tingkatkan amal sholeh. Karena ilmu itu cahaya dan hanya diturunkan kepada orang yang beramal sholeh.
4. Meninggalkan maksiat.

(Kajian: Ustadz Adi Hidayat,Lc.MA)



Sabtu, 04 Maret 2017

KETIKA FITNAH MELANDA

Saat ini umat Islam khususnya di negeri- negeri Islam penuh dengan kekacauan, arah mereka tidak menentu, terjebak dalam fitnah yang silih berganti. Baik di level perorangan maupun di level negara. Yang kita ketahui bahaya fitnah itu tidak ada yang memungkirinya. Fitnah itu telah menghancurkan pemukiman masyarakat, fitnah itu telah mengucurkan darah- darah saudara kita, fitnah itu membuat orang- orang yang tadinya istiqomah kemudian ia menjadi melenceng dan menyeleweng dari jalan yang ditentukan

Fitnah itu bermacam- macam, ada yang fitnahnya dalam urusa agamanya, ada yang fitnahnya melanda dunianya. Ada yang terfitnah dalam urusan akal, kehormatan, anak, harta dan aset. Termasuk fitnah yang membolak- balikkan fakta. menjadikan sesuatu yang buruk dipandang baik oleh masyarakat kita, dan sebaliknya juga.

Fitnah itu diturunkan oleh Allah  untuk kita umat manusia agar umat mengambil posisi yang tepat untuk menghadapinya. Fitnah bukanlah sebagaimana yang di pahami masyarakat saja, yakni tuduhan yang tidak memiliki dasar, tetapi fitnah sesungguhnya lebih luas dari pada itu. Arti kata fitnah di dalam ayat,"Alfitnatu assyaddu minal qotli (fitnah itu lebih berbahaya daripada pembunuhan)" adalah kekufuran, kesyirikan dan pengusiran penduduk Mekkah dari kota Mekkah.

 Ada dua unsur penting ketika kita memahami fitnah:

1. Fitnah adalah segala sesuatu yang menyibukkan atau memalingkan kita dari ketaatan atau menjerumuskan kita kedalam kemaksiatan. Fitnah itu ada yang zohir(nampak) dan da yang bathin (tersembunyi).

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam selalu berdoa:"Ya Allah aku berlindung dari fitnah yang tampak maupun tersembunyi."
Ini merupakan sikap yang pertama ketika terjadi fitnah, yaitu berdo'a, bukan malah malah menceburkan diri kedalam fitnah.

Allahu  Ta'ala berfirman:"Sesungguhnya harta dan anak- anak itu adalan fitnah." karena kedua hal itu membuat kita lupa sama Allah. Misalnya ketika miskin rajin datang ke mesjid, tapi setelah kaya tidak lagi. Sebelum punya anak rajin qiyamul lail, dan sholat ke mesjid mulai ditinggalkan.
Allah juga berfirman:"Kami menguji kalian dengan kebaikan dan keburukan." Jadi fitnah bukan saja ujian keburukan, ujian keaikan juga disebut fitnah.

2. Fitnah itu adalah peristiwa atau kondisi tertentu yang menyingkap siapa diri seseorang
Ada peristiwa- peristiwa yang akhirnya membongkar hakekat diri seseorang. Peristiwa- peristiwa itu menonjolkan siapa lawan dan siapa kawan.
Allah berfirman:"Apakah manusia mengira dengan mengatakan kami telah beriman, lalu mereka tidak difitnah? Kami telah menfitnah orang- orang sebelum mereka." 
Ketika misalnya diuji dengan meninggalnya anaknya, maka nanti akan kelihatan apa ia benar- benar ridho dengan kepergian anaknya atau hanya pura- pura.

Allahu Ta'ala juga berfirman:


مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَىٰ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ

artinya:
 Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. (QS. Ali-Imron:179)

Dengan apa Allah memisahkan yang beriman dengan yang munafik? Dengan fitnah. Orang- orang munafiqun sholat dibelakang Rasulullah, mereka bermakmum dan bermajlis dengan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.

Dengan wafatnya Rasulullah, kita juga bisa membaca bahwa ada orang- orang yang murtad sepeninggal beliau, ada yang tidak mau membayar zakat dan ada yang ingin menjadi pemimpin untu menggantikan beliau. Ketika didalam sebuah lembagapun terjadi fitnah, apakah dia berjuang lillahi ta'ala atau hanya ingin sekedar menunjukkan dirimu. Ketika diletakkan di jabatan yang tinggi ia bersemangat berjuang, tetapi ketika dipindahkan posisisnya, ia tidak lagi berjuang seperti saat ia berada diposisi puncak.

Bahkan di kuburpun seseorang akan difitnah. Rasulllah Shalallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:"Sungguh kalian semua akan difitnah didalam kubur- kubur kalian." Orang yang mengantarkannya ke kubur mengatakan ia seorang muslim, tetapi ketika ditanyakan oleh malaikat ia hanya mengatakan:"Aaa,uuu, laa adri" (tidak tahu orang- orang mengatakan nabinya Muhammad dan akupun mengatakan Muhammad). 

Sikap kita ketika terjadinya fitnah:
1. Tetap beribadah. Ibadah mempunyai makna yang sangat luas sekali. Ibadah adalah ucapan- ucapan maupun perbuatan- perbuatan yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ali bin Abu Thalib ketika menggambarkan tentang fitnah ia mengatakan:"Fitnah- fitnah itu ada yang besar dan ada yang kecil. tapi fitnah yang besarpun diawali dengan fitnah- fitnah yang tersembunyi, tapi nanti akan menjadi suatu kekacauan yang besar yang tampak pada semua orang". 
Misalnya yang terjadi di Mesir, Libya, ketika orang- orang berhasil menurunkan Khadafi mereka mengatakan  negeri akan menjadi makmur, baldatun toyyibatun ghofur. Orang- orang akan mendapatkan haknya, hidup dalam keamanan, Islam akan jaya. Tapi apa yang terjadi sekarang? Mau ke mesjid saja mereka tidak bisa, mereka tidak tahu mana kawan dan mana yang lawan. Mereka yang tinggal di rumah tidak tahu kapan bom itu akan turun menimpa mereka. Ali bin Abu Thalib mengatakan:"Hati- hati yang tadinya istiqomah, bisa menyeleweng gara- gara fitnah. Para lelaki, para tokoh yang tadinya diatas keselamatan akhirnya tersesat karena fitnah. Hawa nafsu manusia saling berselisih ketika fitnah itu menyerang. Barang siapa yang ingin ikut campur kedalamnya (fitnah) maka akan dipatahkan punggungnya. Dan barang siapa yang berjalan di dalam fitnah itu makam fitnah itu akan menghancurkannya.

Banyak hadist- hadist yang disampaikan Raulullah tentang fitna- fitnah akhir zaman. Dkabarkan akan terjadi peperangan, dan banyak pembunuhan, sungai Eufrat kelak akan menyingkap gununf emas. Tidak perlu menyibukkan diri dimana gunung emasnya. Tujuan disampaikannya informasi akhir zaman adalah agar kita terus beribadah dan tidak terfitnah.

Ketika seorang sahabat bertanya:"Kapan kiamat?" Rasulullah mengalihkankannya kepada sesuatu yang lebih bermanfaat denagn menjawab:"Apa yang engakau persiapkan untuk menghadapinya?"

Al-Hafidz Ibnu Hajar Asqaulani ia menjelaskan tenyang informasi yang disampaikan Rasulullah tentang peristiwa akhir zaman, adalah untuk membangunkan orang- orang yang lalai agar segera beramal.

Jadi peristiwa- peristiwa akhir zaman untuk mengingatkan orang- orang agar segera bertaubat kepada Allah. Bukan menyibukkan diri menghitung- hitung waktu datangnya kiamat. Tapi hitunglah amal- amal yang sudah kita kerjakan. dan mempersiapkan diri. Itu semua adalah nasehat- nasehat yang membuat hati itu jadi tergerak menuju Allah 'allamul ghuyub.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:"Sesungguh dibelakang kalian ada hari- hari yang penuh kesabaran. Bersabar pada hari itu seperti memegang bara api, Tetapi orang yang beramal pada hari itu (saat kekacauan/fitnah terjadi) dia akan mendapatkan pahala seperti pahala 50 orang yang mengamalkan itu diantara kalian." Sahabat bertanya:"Apakah 50 orang dari mereka?" Rasulllah menjawab:"50 orang dari kalian."

Ma'qil bin Yassar dalam Shahih Muslim meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:"Ibadah di waktu Harj (waktu orang bertikai) itu seperti hijrah menuju kepadaku."

Para ulama menjelaskan ibadah di waktu harj dikatakan seperti orang yang hijrah, karena dia pergi membawa agamanya dari tempat yang ia takuti (tempat kacau) menuju tempat yang aman, dimana dia bisa menegakkan agamanya.

2. Berhati- hati dalam menta'wilkan peristiwa yang terjadi. Tidak mudah- mudah mengeluarkan pendapat. Abdullah bin Mas'ud berkata,"Nanti akan terjadi peristiwa- peristiwa besar, perkara- perkara syubhat, perkara- perkara yang didalamnya ada unsur kesebenaran tapi ada juga unsur kesesatan, didalamnya ada unsur kebaikan tapi ada juga unsur keburukan. Sikapmu ketika itu berhati- hati. Jangan terburu- buru mengeluarkan pernyataan-ini adalah nasehat ulama kepada tabi'in- Engkau menjadi pengikut dalam kebaikan itu lebih baik daripada menjadi komandan dalam kejahatan."

3. Menyerahkan urusan kepada ahlinya. Allah berfirman:"  
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya:
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (QS.An-Nisa':83)

Setiap berita yang di terima hendaknya diserahkan kepada ulil amri dan ulama diantara kita. jadi kita hendaknya menahan diri dari berbicara dan mengeluarkan pendapat bagi orang awwam.


Peristiwa Suriah. Ketika rakyat Suriah hendak memberontak kepada pemerintah saat itu sebagian ulama menasehati:"Jangan (memberontak) hendaklah kalian sabar menghadapi pemerintah Bassar al-Assad." Tidak hanya ulama- ulama yang di Saudi tapi yang di Mesir,Yaman menasehati orang- orang Suriah yang bertanya saat itu. Tapi apa kata mereka,"Ulama negeri ini lebih mengerti dengan posisi negeri ini." Akhirnya diikuti ulama yang memfatwakan untuk jihad, itu mungkin ijtihad untuk memberontak pada pemerintahan. Bassar al-Assad memang telah dihukumi kafir oleh para ulama karena ucapan- ucapannya itu. Tapi apakah dengan memberontak itu sesuatu yang tepat?  Kita disuruh bersabar. Selanjutnya apa yang terjadi di Suriah? Berjuta- juta rakyat yang mati. Dan yang mereka dapatkan adalah kehinaan. Akhirnya mereka harus meninggalkan Aleppo, Suriah, dan terlantung- lantung hidup di negeri orang. Mereka kebingungan.

Jadi ketika terjadi fitnah ditengah- tengah kita, maka kita serahkan urusannya kepada ulama. Dan ketika ulama berbeda pendapat maka kita hati- hati. Mungkin ulama yang melarang itu lebih benar. Banyak yang berpendapat ulama ini ekor- ekornya barat, karena duit. Banyak ungkapan- ungkapan seperti itu untuk ulama di Saudi umpamanya. Mereka dikatakan ulama- ulama sulton, umala'.

Kejadian hisbullah. Mereka memuji- muji Hisbullah. Siapa hisbullah? Mereka yang mengatakan "go to hell" Amerika. laknatullah 'ala izrael, mereka katanya berjuang untuk Islam. Ulama- ulama yang tidak sepakat dengan Hisbullah, mereka yang menjelaskan kebobrokan hisbullah, kebobrokan Iran, itu mereka dicela oleh ulama dan murid- muridnya ulama. Sekarang ketika terjadinya fitnah di Suriah maka tampaklah siapa sebenarnya Hisbullah. Dia malah berbagabung dengan Iran dan Rusia untuk membantai Ahlus Sunah wal Jama'ah.

4. Bila engkau tidak mendapatkan alasan yang tepat dalam urusan fitnah itu, maka engkau hindari semuanya. Jika tidak jelas bagimu suatu urusan itu hendaklah antum uzlah.

Rasulullah bersabda,"Sesungguhnya didepan kalian ada fitnah- fitnah seperti potongan- potongan malam yang gelap- gulita. Pagi harinya seseorang dalam keadaan beriman, dan pada sore harinya ia sudah kafir. Dan sore harinya masih beriman, dan pada pagi harinya ia menjadi kafir. Orang yang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berlari." Rasulullah ditanya,"Lalu apa nasehatmu untuk kami ketika fitnah itu terjadi?" Rasulullah menjawab,"Jadilah kalian tikar- tikar rumah kalian." (HR.Abu Daud)

Rasulullah juga berpesan ketika fitnah terjadi,"Ketika itu terjadi, jaga lisanmu. engkau tinggal di rumahmu, rumah itu cukup buatmu, dan engkau menangis atas dosa- dosamu."
(HR. Turmidzi)

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam juga mengatakan,"Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dihindarkan dari fitnah, orang yang berbahagia adalah orang yang dihindarkan dari fitnah, orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah. Rasulullah mengulangnya hingga 3kali) dan orang diuji kemudian dia bersabar." (HR. Abu Daud)

Jadi ketika terjadi fitnah, Rasulullah memerintahkan sahabat untuk tetap tinggal di rumah masing- masing. Dan itu dilakukan oleh para sahabat. Sebagaimana ketika terjadi peperangan di Madinah, ini terjadi di masa Tabi'in dan masih ada para sahabat pada waktu itu. Orang- orang datang kepada Abdullah bin Umar dan berkata,"Kenapa engkau tidak ikut berperang bersama kami? Bukankah engkau sudah mengetahui pemimpinnya, sudah minum- minum (pemimpinnya dijelek- jelekkan), dan bukankah Allah telah berfirman:"Perangi mereka supaya tidak terjadi fitnah." Abdullah bin Umar tidak ikut- ikut dengan mereka. Beliau padahal saat itu adalah seorang ulama. Beliau samasekali menjaga diri. Lalu dua yang datang ini didudukkan oleh Abdullah bin Umar di hadapannya. Dan Abdullah bin Umar berkata," iya ayat itu turun kepada kami. Kita semua telah berjuang bersama Nabi, sehingga tidak terjadi fitnah. sedangkan kalian mau berperang ini agar terjaadi fitnah."

Dan Rasulullah juga ditanya oleh Abi Sa'id Al-Khudri,"Tapi bagaimana ketika terjadinya fitnah, dan orang- orang mendatangiku di rumahku dan membunuh aku?" Rasulullah menjawab,"Jadilah engkau yang terbaik diantara dua anak Adam, Habil dan Qabil. Kalau engkau hendak membunuhku, tafadhol. Aku tidak akan membunuhmu."

Rasulullah bersabda,"Akan terjadi fitnah yang membersihkan bangsa Arab, membunuh mereka, yang terbunuh itu di neraka. Lisan pada masa itu lebih dahsyat daripada tebasan pedang. (HR. Ibnu Majah)

Ibnu Taimiyah dalam kitab Minhajus Shalihin,"Fitnah- fitnah itu akan diketahui kejahatan- kejahatannya kalau sudah lewat. adapun ketika fitnah itu datang, maka ia datng dengan penuh hiasan yang indah. Dan orang- orang mengira ada banyak kebaikan dalam fitnah itu. Ketika fitnah itu sudah terjadi dan bala' itu sudah tampak maka orang- orang akan merasakan pahitnya fitnah tersebut maka orang- orang ingin kembali ke masa sebelum fitnah terjadi."

Misalnya kasus di Libya ketika orang- orang sudah merasakan pahitnya fitnah tersebut, maka orang- orangpun ingin kembali ke masa pemerintahan Khadafi. 

5. Berdo'a. Mendo'akan kebaikan untuk pemimpin. 


Allah telah berfirman,
إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ ۗ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Artinya:
 Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (QS. Ali- Imron:160)

Pada Perang Uhud umat Islam mengalami kekalahan, karena melanggar perintah Rasulullah untuk tidak meninggalkan bukit, meskipun dengan ijtihad. Sekitar 70 sahabat yang tewas ketika itu. Allah memberikan kekalahan kepada mereka karena melanggar satu saja perintah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Bagaimana dengan kita saat ini yang banyak melanggar perintah Allah? Jadi ketika permohonan kita belum kunjung dikabulkan Allah, hendaklah kita terus- menerus mengintrospeksi diri sendiri.


(Kajian: Ustadz. Dr. Syafif Riza Basalamah)


Sabtu, 25 Februari 2017

IMAM AL-HUSEIN IBNU 'ALI
SEORANG TOKOH PEMUDA DI SYURGA

Cerahnya langit, sucinya alam semesta saat itu dan tercurahnya limpahan rahmat mengiringi detik- detik kelahiran Imam Al-husain di alam semesta ini.

Ketika mendengar kelahiran cucunya, Rasulullah dengan wajah yang sangat cerah sebagaimana kebiasaan beliau jika menerima kabar gembira, segera mendatangi rumah putrinya, Fatimah Zahra. Lalu beliau mengumandangkan azan di telinga kanan si kecil. Saat itu bulan Sya'ban tahun 4 Hijriyah. Dan beliau memberi nama si kecil, Al-Husein, sebuah nama yang belum pernah di pakai oleh bangsa Arab sebelumnya.

Al-Husein dibesarkan di rumah orang tuanya di Madinah Al- Munawarah. Rasulullah sangat mencintainya dan saudaranya. Usamah bin Za'id telah mengisahkan betapa cinta Rasulullah kepada kedua cucunya itu, sebagaimana penuturan beliau:"Pada suatu hari aku mengetuk pintu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam karena suatu keperluan. Beliau keluar dengan memanggul sebuah bungkusan besar yang aku tidak tahu apa isinya, setelah aku menyampaikan keperluanku kepada beliau, maka aku bertanya:"Wahai Rasulullah bungkusan apa yang engkau panggul itu?" Setelah bungkusan itu dibukanya, ternyata itu adalah Hasan dan Husein. Sabda beliau:"Kedua cucuku ini adalah buah hatiku dan buah hati putriku Fatimah. Ya Allah sungguh aku mencintai kedua cucuku ini, karena itu cintailah keduanya, dan cintailah apa saja yang mencintai keduanya."

Husain menghabiskan masa kanak- kanaknya di rumah keluarga terhormat, dimana kakeknya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam seorang pemimpin umat, ayahnya 'Ali bin Abu Thalib adalah kekasih Allah dan Rasulnya, dan ibunya adalah putri Rasulullah dan istri sorang tokoh pejuang dan ibu dari dua tokoh kawula muda di syurga.

Ketika ia berumur enam tahun tujuh bulan tujuh hari, kakeknya Rasulullah shalallahu ''alaihi wa sallam wafat. Pada saat itu Husain menyaksikan kota Madinah Munawarah tengah diliputi kedukaan. Ia menyaksikan betapa sedihnya kaum muslimin, sehingga ada yang tidak bisa mengendalikan dirinya. Bahkan seorang  yang kuat imannya seperti Umar bin Khathab meras amat sulit menerima kenyataan ini. Ia berseru kesana kemari:"Siapa yang mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam wafat, maka aku  akan memenggal lehernya dengan pedangku ini."

Ketika ia memasuki usia remaja, ia bergabung dengan para pejuang. ia menyertai ayahnya dalam peperangan Jamal dan Shiffin dan ketika memerangi kelompok kaum khawarij. ayahnya, 'Ali radhiyallahu 'anhu adalah seseorang yang memiliki ketajaman pemikiran, dan Allahu Ta'ala selalu memberikan ilham kedalam hatinya dalam memecahkan berbagai masalah.

Pada suatu hari 'Ali keluar dari Madinah menuju Kuffah, maka sesampainya di Karbela, ia memandangi bumi itu dengan pandangan yang penuh kesedihan dan ia berkata:"Disinilah tempat terjadinya peperangan saudara diantara kaum muslimin dan di sinilah tempat pertumpahan darah mereka." Tidak ada seorangpun yang menyertainya waktu itu mengerti maksud ucapan 'Ali yang amat menyedihkan itu.

Beberapa tahun kemudian ucapan 'Ali terbukti, dengan adanya peristiwa berdarah yang amat menggoncangkan dunia Islam.

Peristiwa itu terjadi karena perebutan kekuasaan, akhirnya kekhalifahan jatuh ke tangan raja yang zalim sebagaimana hal ini sudah dikabarkan oleh Rasulullah sebelumnya, yaitu ketika Mu'awiyah membai'at dan mengangkat anaknya Yazid.Husain berusaha mencegah peperangan antara orang- orang yang memgangkat Yazid dan kelompok penentangnya.

Meskipun demikian, api pemberontakan tetap menyala dalam jiwa setiap kelompok yang bersaing. Setelah Mu'awiyah meninggal, para pemuda Kuffah mengirimkan surat kepada Husain, yang isinya mengharapkan Husain untuk datang ke Kuffah untuk dibai'at. Tawaran pemuka Kuffah diterimanya dengan hati- hati. Kemudian Husain mengutus anak pamannya, Muslim Ibnu Uqail ke kuffah. Ketika dalam perjalanannya, Muslim Ibnu uqail dibunuh oleh Ubaidilah Ibnu Zaiyad Walikota Bashrah. Peristiwa itu terjadi tanggal 9 Zulhijjah tahun 60H.

Peristiwa pembunuhan Muslim itu terjadi sehari sebelum Husain meninggalkan kota Mekkah menuju Kuffah. Karena itu ia belum mendengar peristiwa pembunuhan Muslim Ibnu Uqail, dan ia baru mendengar setelah ia sampai di Al-Qadisiyah. Pada mulanya ia ingin kembali ke Mekkah, tetapi saudara- saudara muslimnya tetap memaksanya meneruskan perjalanannya, supaya mereka dapat membalas kematian Muslim. ketika itu Husain bersama sembilan puluh orang keluarganya dan para pendukungnya, mereka terdiri dari kaum laki- laki, wanita dan anak- anak.

Peristiwa demi peristiwa terjadi dengan cepat, tiba- tiba dua orang yang dikirim Husain ke Kuffah di bunuh pula oleh Ubaidilah ibnu Ziyad, dimana mereka dikirim ke Mekkah untuk menyampaikan balasan atas surat penduduk kuffah yang hendak membai'atnya. Lalu peristiwa- peristiwa ini memuncak, hingga menyebabkan terbunuhnya husain di medan Karbela, yang menyebabkan beberapa Ahlul Bait, kepalanya dipisahkan dari badannya.lalu kepala- kepala mereka dikirimkan kepada Ubaidilah Ibnu Zaiyad diatas ujung- ujung tombak.

Selanjutnya Ubaidilah mengirim kepala- kepala mereka kepada Yazid di Damaskus. Husain terbunuh di tangan seorang terlaknat, Syamar Ibnu Dzil Jausyan. Kepala Husain itu dikirim berpindah- pindah dari satu daerah ke daerah lain, hingga sampai di Asqalan, maka walikotanya menguburkan kepala itu.

Allah membalas orang- orang yang menganiaya cucu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Tiga tahun setelah peristiwa itu Yazid meninggal alam keadaan yang paling hina, ia terjatuh dari kudanya ketika ia sedang mengejar seekor kera, hingga kuda itu menginjak lehernya dan kepalanya hingga pecah. Sedangkan Syamar ibnu Jausyan yang membunuh Husain, ia dibunuh oleh Muhtar Ibnu Abu Ubaid Ats-Tsaqafy tokoh golongan Tauwwabinn dan tubuhnya dipotong-potong dan diberikan kepada anjing. Adapun Ubaidilah ibnu Ziyad juga dibunuh oleh Muhtar, jasadnya dibakar. Demikian pula para penganiaya yang lain, mereka semua terbunuh oleh golongan Tawwabin.

Semoga Allah menempatkan para Ahlul Bait Nabi ditempat yang tinggi disisi-nya...Allahumma aamiin.

(Syeikh Abdul Mu'in Qindil, "Kehidupan Orang- Orang Sholeh)
Bogor, 30 Jumadil Awal 1438H  
IMAM AL-HASAN IBNU 'ALI
CUCU DAN KEKASIH RASULULLAH

Kiranya cukup tinggi kedudukannya di dunia dan di akhirat, kemuliaan, pengorbanan, kesucian, ketenangan jiwa dan keselamatan perasaan, adalah akhlak yang mempesona dari cucu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam ini.Ia adalah putra Imam 'Ali dan Fatimah Zahra, saudara kandung Al-Husein, penghulu para syahid. Kedudukan akhlaknya yang tinggi diantara para Shiddiq dan Abrar, ia telah menolak kursi ke- khalifahan bila harus menumpahkan darah syahid. Ia lebih mengutamakan bendera perdamaian daripada menyerukan seruan perang. Hatinya senantiasa memancarkan kasih sayang, kerinduan dan segala bentuk keutamaan.

Kasih sayang Rasulullah pada kedua cucunya yakni Al-Hasan dan Al-Husin (saudara kandung Al-Hasan), bagaikab curahan air hujan dari langit. Keduanya seterang cahaya, jernihnya air sungai yang mengalir. Imam Al-Hasan lebih mirip kepada Nabi dalm wajahnya.

Abu Hurairah pernah meriwayatkan bahwa pada suatu kali Rasulullah pernah datang kepada kami dengan menggending Al-Hasan pada pundak kanan beliau dan Al-Husin pada pundak kirinya, sesekali beliau mencium Al-Hasan dan sesekali pula mencium Al-Husin, sampai setelah beliau tiba di dekat kami, beliau bersabda:"Barangsiapa yang telah mencintai keduanya, maka ia telah mencintai aku, dan barangsiapa yang telah membenci keduanya, maka ia telah membenci aku." 

Tentang Imam Al-Hasan, Rasulullah pernah memberitahukan, bahwa kelak ia akan menjadi pendamai antara dua golongan muslim yang berselisih. Berita ini terbukti setelah beberapa tahun mangkatnya beliau ke hadirat Allah Yang Maha Tinggi. Tepatnya setelah ayahnya ('Ali radhiyallahahu) gugur sebagai syahid. Yaitu ketika penduduk Irak membai'at Imam Al-Hasan sebagai khalifah kaum mukminin yang menurut mereka ia lebih berhak menduduki kursi khalifah, bersamaan dengan itu penduduk Syam telah membai'at Mu'awiyah sebagai khalifah. 

Sehingga hampir saja tak dapat dielakkan peperangan antara penduduk Irak dan penduduk Syam. Ketika itu Imam Al-Hasan berpikir keras untuk menghindari terjadinya peperangan ini, sebab ngerinya perang Shiffin belum hilang dari benaknya, seakan- akan dia masih menyaksikan mayat- mayat yang bergelimpangan, darah yang mengucur dan potongan- potongan tubuh yang berserakan dimana- dimana. hatinya Iba melihat anak- anak yatim dan para janda. baginya perang saudara hanya akan membawa kemelaratan dan kesengsaraan.

Ketika ia sedang berpikir keras mencari jalan keluar dari situasi yang amat sulit ini, tiba- tiba datang surat dari  Mu'awiyah yang isinya menyatakan, bahwa Bani Umayah menawarkan perdamaian, dengan syarat Imam Al-Hasan rela mengundurkan diri dari kursi Khilafah, kemudian jika Mu'awiyah meninggal dunia maka kursi Khilafah itu akan diserahkan kepadanya, jika ia masih hidup.

Lalu imam Al-Hasan mengirimkan surat tersebut setalah membacanya kepada Husein saudaranya yang tinggal di Madinah. Ia merayu saudaranya agar mau menerima usulan perdamaian itu. Disamping itu ia mengumpulkan para pembesar Irak di istana kota kemudian berkata,"Wahai saudara, sungguh kalian telah membai'atku untuk menerima usulan perdamaian dari siapa saja yang mengajakku berdamai, dan memerangi siapa saja yang memerangi aku. Kini aku telah membai'at Mu'awiyah, karena itu taatlah kamu kepadanya."

Penduduk Irak dan Imam Al-Husein menerima semua ini dengan hati pedih, sebab mereka masih mengharapkan ke-Khalifahan tetap berada di tangan keluarga Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa sallam, bukan di tangan bani Umayah. Tetapi Imam Al-Hasan berpandangan lain. Ia menerima semua ini demi untuk mencegah pertumpahan darah diantara sesama kaum muslimin, karena perang Shiffin telah cukup sebagai pelajaran baginya.

Meskipun Imam Al-Hasan telah berusaha sekuat tenaga mencegah terjadinya pertumpahan darah diantara kaum muslimin, yaitu ia rela mengundurkan diri dari kursi khilafah dan ia mau membai'at Mu'awiyah, ternyata keputusannya ini membuat sebagian orang marah kepadanya dan mereka berusaha menindaknya. Berkali- kali ia diberi racun, tapi ia dapat mengobati racun itu. Lalu mereka memasukkan racun itu ke dalam makanannya, sehingga ia merasakan sakit perut yang luar biasa yang membawanya pada kematian. Di saat- saat terakhirnya Al-Husin menanyakan tentang siap yang memasukkan racun ke dalam makanannya, tetapi ia menolak siapa pelakunya sampai ia wafat.

Penduduk Madinah sepakat jenazahnya di makamkan di perkuburan Baqi'. Semoga Allah selalu merahmati Imam Al-Hasan dan Imam Al--Husein sebagaimana sabda beliau bahwa:"KEDUANYA ADALAH  TOKOH KAWULA MUDA DI SYURGA."

(dari Kitab Kehidupan Orang-Orang Sholeh karya Syeikh Abdul Mun'im Qindil)

Bogor, Ba'da Ashar
28 Jumadil Awal 1438H 

Rabu, 22 Februari 2017

KEUTAMAAN AL-HAMDU

Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari al-Aswad bin Sari', ia berkata:"Aku berkata kepada Nabi
UCAPAN- UCAPAN SALAF TENTANG AL-HAMDU

Diriwayatkan oleh selain Abu Ma'mar, dari Hafsh, ia berkata:"Umar berkata kepada 'Ali dan para Sahabat yang berada di sisinya:"Kami telah mengetahui tentang Laa Ilaaha illaallah, Subhanallaah dan Allahu Akbar. Lalu apa al-hamdulillaah itu?" Maka 'Ali menjawab:"Ia adalah kalimat yang disukai oleh Allah Ta'ala bagi diri-Nya dan Dia meridhoinya bagi diri-Nya serta menyukai kalimat itu diucapkan." (Ibnu Abi Hatim,!/15)

Dan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:"A-hamdulillaah adalah kalimat syukur. Apabila seorang hamba mengucapkan "Alhamdulillaah", maka Allah berfirman:"Hambaku telah memuji-Ku." (Ibnu Abi Hatim)

(Tafsir Ibnu Katsir)

22 februari 2017